Hu-Sains_ Sobat Sains yang budiman, mendengar kata bully (ejekan, hinaan. red.) tentu hati kita langsung tertuju pada sebuah judge bahwa tindakan itu tidak baik dan termasuk akhlak madzmumah. Yupsss.... mem-bully atau menghina memang merupakan tindakan yang tidak baik dilakukan seseorang. Mengapa? Karena tindakan ini, secara mental "membunuh" karakter seseorang untuk selalu berkembang. Dengan hinaan, seseorang akan merasa tertekan jiwanya, merasa terabaikan dan terkucilkan. Hal tersebut dapat memicu keputusasaan seseorang, hingga pada akhirnya menurunkan daya imajinasinya untuk berkembang.
Disamping itu, tradisi bullying haruslah dikikis seminimal mungkin dalam dunia pendidikan, terutama sebagai seorang pendidik atau guru haruslah dapat memberi contoh yang baik terhadap siswa-siswinya. Guru dalam istilah jawa diartinya "digugu lan ditiru" (dipercaya dan diteladani). Berilah contoh terhadap anak didik perilaku menghukum tanpa menghina dan menghujat si Anak, terlebih di depan sisiwa-siswi yang lain.
Dampak buruk bullying terhadap psikologis anak sungguh luar biasa. Mulai dampak sosial anak terhadap lingkungannya hingga berkaibat depresi.
Berikut kami paparkan dampak negatif bullying yang kami olah dari berbagai sumber;
Masalah Sosial
Bullying menciptakan lingkaran setan bagi korban dalam kehidupan sosial mereka . Salah satu reaksi yang paling umum dari intimidasi yang terjadi pada anak-anak adalah, mereka akan mulai bertindak lebih muda dari usianya. Dalam upaya untuk melindungi diri dari situasi bullying, mereka seolah akan sulit menjadi dewasa. Ini ditafsirkan oleh teman-teman mereka sebagai “bayi”. Semakin anak cenderung terhadap guru, dan ketika menjadi dewasa akan berharap untuk dilindungi, dan yang sudah keras menjadi pembully; terutama akan merusak selama tahun-tahun pra-remaja, ketika anak-anak mencoba untuk memahami tentang bagaimana cara mengembangkan hubungan pribadi dengan rekan-rekan mereka. Hal ini bisa memiliki konsekuensi seumur hidup pada kemampuan individu untuk ikatan dengan orang lain/sosial.
Kecemasan dan Depresi
Pada anak yang lebih tua dan remaja, efek bullying sering lebih diinternalisasikan. Selama tahun-tahun remaja, anak muda mendambakan ketergantungan dan tidak menginginkan bantuan. Mereka akan, oleh karena itu, berusaha untuk mengatasi masalah mereka sendiri. Karena keterampilan “mengatasi” mereka tidak cukup berkembang pada usia ini, maka ketika menghadapi situasi bullying yang rumit, mereka mulai menginternalisasi masalah dan mengembangkan rasa tak berdaya. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan depresi dan kecemasan. Jika dibiarkan, kecemasan ini bahkan bisa mulai memanifestasikan dirinya menjadi gangguan makan, paling sering anoreksia dan bulimia terutama pada korban perempuan.
Manifestasi fisik dari Bullying
Kadang-kadang ketika anak muda tidak tahu bagaimana cara menangani emosi yang mereka alami, mereka mungkin mulai mengalami gejala psikosomatik; ini adalah hasil dari emosi yang diwujudkan dalam kondisi fisik. Dr. Sansone menyebutkan bahwa penelitian di Amerika Serikat dan di Finlandia telah menunjukkan hubungan langsung antara anak-anak yang dibully dan peningkatan kejadian sakit kepala, sakit perut, mengompol dan masalah tidur. Semua manifestasi fisik ini bisa menambah peningkatan kesulitan anak dengan perkembangan sosial mereka; yang pada gilirannya akan melanjutkan siklus bullying. Misalnya seorang anak yang berhubungan dengan masalah tidur, mungkin ia kelelahan di sekolah dan mulai melakukan hal buruk. Hal ini bisa dengan mudah menjadi pemicu untuk kejadian intimidasi di masa depan. Dalam upaya untuk meringankan ketidaknyamanan anak-anak, orang tua biasanya akan mengambil obat-obatan yang sebenarnya hanya untuk penyakit fisik; sementara penyebab emosional dari sisa masalah belum terpecahkan.
Intervensi adalah satu-satunya metode yang terbukti dapat mengurangi masalah bullying yang dihadapi di banyak negara. Orang tua dan guru tidak harus meremehkan efek jangka panjang bullying, dimana mengira anak-anak bisa bertahan sebagai akibat dari bullying. Anak-anak dan remaja membutuhkan bantuan dalam belajar untuk mengatasi daerah emosional yang rumit dari bullying.
Dampak Cyber bullyingTerhadap balita
Teknologi adalah bagian dari kehidupan mereka, dan meniru orang dewasa adalah bagaimana cara mereka belajar. Mereka bisa mengklik mouse di komputer, menekan nomor di ponsel, dan menjalankan jari mereka di atas layar smartphone. Tahun-tahun ini balita dan anak prasekolah belajar untuk bersosialisasi melalui bicara dan bisa berbagi mainan mereka dengan teman-teman bermain. Ini adalah usia di mana anak-anak belajar dengan tangan dan menggunakan semua panca indera untuk belajar tentang lingkungan sekitar mereka.
Kecakapan hidup yang mereka butuhkan untuk berkembang, seperti empati dan pengambilan keputusan harus dimulai dalam tahun-tahun awal mereka. Mereka perlu mengembangkan kemampuan untuk belajar tentang konsekuensi dari perilaku. Jangan biarkan anak Anda untuk menekan tombol ketika mereka ingin bermain dengan telepon Anda.
Dari dampak tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa efek bullying sungguh "mematikan" karakter anak untuk dapat berkembang dengan baik.
Beberapa Tindakan yang Dapat Dilakukan
Dalam memberikan hukuman terhadap anak didik berilah perhatian khusus terhadapnya. Berikan motovasi yang baik agar ia tidak melakukan kesalahan serupa. Hindari mengejeknya dengan kata-kata kotor apalagi sampai mempermalukan si Anak tersebut.
Nah, itulah sedikit pembahasan tentang bullying, semoga bermanfaat.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas virtual class Blog Guru Madrasah (BGM) D3. Diolah dan disadur dari sumber tunggal, artikel aslinya sobat dapat KLIK DISINI!!!
Referensi;
http://www.tipscaraterbaik.com/dampak-buruk-bullying-secara-psikologis.html
0 Comments